Maklum saja kondisinya sepi & gelap, tentu orang orang tak berani ke sungai tengah malam hri. Tidak Sama dgn orang orang, saya & Rizkia malah tidak jarang bermain di sungai tengah malam , walau kami wanita tetapi kami tak takut karna sewaktu ini kami tak sempat merasakan rintangan apapun. Tetapi berlainan dgn tengah malam ini, dikala Rizkia bercerita, saya asik mendengarkan tetapi lama lama mataku tertuju terhadap suatu batu agung di bawah pohon bambu.

Awalnya saya tetap biasa saja karna tiada apa apa, saya masihlah konsentrasi bersama narasi Rizkia. Tetapi lama lama saya merasa tak nyaman karna saya merasa ada yg memperhatikanku. Pandanganku kembali tertuju kepada batu agung itu. Saya menyaksikan bayangan putih tertidur di atas batu akbar itu, saya tetap diam karna saya merasa itu bukan apa apa. Saya kembali mendengarkan narasi Rizkia, namun senantiasa saja saya merasa ada yg memperhatikanku.
Entah kenapa pandanganku senantiasa tertuju kepada batu itu, saya tak berbicara apapun pada Rizkia karna saya gak ingin di tinggal lari kalau saya berbicara. Saya tetap saja memperhatikan batu itu lama lama bayangan itu jadi terang bayangan itu mencetak jadi pocong makin terang, saya konsisten terdiam & memperhatikan pocong itu, hingga hingga saya tak memperhatikan Rizkia bercerita.
Karna saya penasaran saya masihlah saja menonton pocong itu, tetapi lama lama pocong itu tersenyum, rasanya jantungku seperti ingin copot. Saya berkata pada Rizkia supaya kita pulang hasilnya kami serta bergegas meninggalkan sungai, dikala itu Rizkia belum tau apa yg saya alami. sesudah hingga di belakang hunian Rizkia, saya menceritakan seluruhnya. Meski kami wanita, usia kami 16 & 17 th kami tak sempat kapok buat bemain di sungai tengah malam hri. Sekian narasi dari aku, trimakasih.
EmoticonEmoticon